Thursday, May 10, 2007
INTERIOR ANGIN
telah kutaruh deru angin di sudut reruang, semua musim
dan gugur daun. tapi masih topan itu yang menderu
di matamu. aku terjebak seruang puncakmu,
semua dalam ribuan tahun perjalanan memeluk angin
dan jejak pecah dalam gelisah nafas panjang dan lepas
seperti tak sebentang rindumu, saat detak jam waktu
mendebarkan gandrung menjadi sebentuk sungai
agar hanya jiwa yang terbelah desiran darah menetes melukai ketubuhmu
kaupun akan mewiridkan dendam di bawah bendera
yang terkulai dari lubukku
sambil mengunyah sisa tangis di tepi jalanan
lalu dengan selam darahku yang tergolek menatap awan
kau tak bisa mengena jangkauku separuh seluas laut
dan menarik cairan kata sebening hampa dari bibirmu
lalu memerasnya kelelubang maut
dan dari semua pengembaraanku itu
aku hanya ingin temukan semenanjung cinta dari samudramu
tempatku mengaduk gunung-gunung dan membakarnya
atas belahan do'a dan hidupku
maka biarkanlah kini hanya tinggal sampah mengkarat
dalam semak abjad dari retak ratusan tahun sejarah
dan riuh suara jalanan
Label:
28. 02. 2006,
guluk- guluk
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment